6 Prinsip Dasar Dalam Storytelling


Technomedialabs - Storytelling adalah sebuah seni interaktif menggunakan kalimat dan kata-kata yang berfungsi untuk menceritakan sebuah cerita dan elemen-elemen yang di dalamnya sekaligus dapat memancing imajinasi para pendengar/pembacanya. Elemen dalam storytelling dapat berupa fakta, fiksi atau kombinasi dari keduanya.

Perkembangan teknologi membuat Storytelling memiliki banyak media cara penyampaian yang berbeda. Storytelling dapat dikemas dalam bentuk buku, web, film, atau bahkan game. Terlepas dari berbagai media yang digunakan, secara umum terdapat 6 prinsip dasar dalam proses pembuatan Storytelling:

Storytelling Purpose

Sebuah cerita yang baik harus tujuan yang baik untuk kemanusiaan. Jika dalam proses pengembangan cerita terdapat pesan khusus yang ingin disampaikan dan memiliki nilai kebaikan, maka cerita tersebut akan memiliki nilai dan layak untuk dikembangkan.


Tujuan pembuatan cerita harus memiliki dampak yang besar, lebih dari sekedar menceritakan sebuah kejadian atau khayalan imajinatif. Selain itu, cerita juga harus memiliki keterikatan dan keterkaitan dengan audience.

Jika sebuah cerita related (memiliki keterikatan dan keterkaitan) dengan orang yang membacanya. melihatnya, maka cerita tersebut akan memiliki dampak yang signifikan terhadap orang tersebut. Hal ini juga yang menyebabkan sebuah cerita terlihat bagus di sekelompok orang, tapi malah terlihat jelek di sekelompok orang lainnya.

Storytelling Structure

Sebuah cerita yang baik harus memiliki struktur yang jelas. Konsep tiga babak yaitu pendahuluan, konflik, dan penyelesaian merupakan dasar utama dalam pembuatan sebuah cerita.


Adapun dalam versi lain, struktur yang paling banyak digunakan untuk membuat cerita adalah konsep The Story Spine yang dikembangkan oleh Ken Adams. Konsep ini memudahkan penulis cerita untuk menentukan dengan jelas awal, konflik dan akhir cerita.

Storytelling Character

Sebuah cerita yang baik harus memiliki karakter utama yang menjalani situasi dalam cerita. Karakter ini akan menjadi "avatar" audience dalam cerita. Semakin menarik karakter yang dikisahkan dalam cerita, maka akan semakin tertarik pula audience untuk mengikuti kisahnya.


Salah satu contoh format cerita yang tidak pernah gagal adalah kisah yang mengadopsi format "From Zero To Hero".

Storytelling Emotion

Manusia memiliki bentuk emosi yang berbeda-beda, misalnya marah, sedih, senang, takut dan terkejut. Memanfaatkan bentuk emosi manusia dalam cerita, baik satu atau pun kombinasinya, akan membuat sebuah cerita terasa lebih nyata dan menyentuh.


Dalam tahap ini, penulis harus fokus pada emosi seperti apa yang ingin dibuat oleh cerita kepada penonton.

Storytelling Twist

Salah satu bentuk emosi dan sifat manusia yang jarang muncul adalah terkejut. Tidak banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memancing emosi ini muncul.


Cerita yang baik dapat menggunakan twist pada plot cerita sehingga audience terkejut saat mendapati ending yang tidak terduga dari sebelumnya. Meski demikian proses pembuatan twist ending pada cerita ini cukup sulit dan membutuhkan beberapa kali uji coba.

Storytelling Simplicity

Terlepas dari berbagai karakter beserta sifat dan motifnya, bentuk emosi yang dimunculkan, serta twist ending yang disiapkan, sebuah cerita yang baik harus sederhana, memiliki plot yang jelas dapat dipahami dengan mudah.


Sebuah cerita yang baik harus dapat dijelaskan dalam satu buah kalimat sederhana yang mencakup keseluruhan cerita.
Share on Google Plus

About Technology Multimedia

TechnomediaLabs adalah media online dengan beragam konten seputar teknologi informasi, industri kreatif, multimedia interaktif, transmedia storytelling, dan beragam pengetahuan lainnya yang dibahas dalam bahasa yang sederhana, lugas, dan inspiratif.